-->

Proses Konseling EGO

Posting Komentar
Model konseling ego meberi penekanan lebih pada fungsi ego, dengan menonjolkan kekuatan ego. Individu yang mempunyai ego yang kuat memiliki kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan membina hubungan sosial yang harmonis dengan orang lain.

Dalam perkembangan individu, Erikson membaginya menjadi perkembangan yang sukses dan perkembangan yang gagal pada setiap tahap perkembangan.

Tujuan Konseling

Tujuan konseling menurut Erikson adalah memfungsikan ego yang dipunyai konseli secara penuh. Dan melakukan perubahan-perubahan pada diri konseli sehingga terbentuk coping behavior yang dikehendaki, dan dapat terbina agar supaya ego konseli menjadi lebih kuat.

Ego yang kuat adalah ego yang baik, yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana dia berada.

Proses Konseling

Beberapa aturan dalam konseling ego yaitu:
  • Proses konseling harus bertitik tolak dari proses kesadaran.
  • Proses konseling bertitik tolak dari asas kekinian.
  • Proses konseling lebih ditekankan pada pembahasan secara rasional.
  • Konselor hendaknya menciptakan suasana hangat dan spontan, baik dalam penerimaan konseli maupun dalam proses konseling.
  • Konseling harus dilakukan secara profesional.
  • Proses konseling hendaklah tidak berusaha mengorganisir keseluruhan kepribadian individu, melainkan hanya pada pola-pola tingkah laku salah suai saja.
Teknik-Teknik Konseling

Adapun teknik-teknik dalam konseling ego adalah:
  • Konselor perlu membina hubungan yang akrab dengan konseli.
  • Usaha yang dilakukan oleh konselor harus dipusatkan pada masalah yang dikeluhkan konseli, khususnya pada masalah yang ternyata di dalamnya tampak lemahnya ego.
  • Pembahasan itu dipusatkan pada aspek-aspek kognitif dan aspek lain yang terkait dengannya.
  • Mengembangkan situasi ambiguitas (keadaan bebas dan tak terbatas) yang dapat dibina dengan:
  • Konselor memberi kesempatan kepada konseli untuk memunculkan perasaan yang ada dalam dirinya.
  • Konseli diperkenankan mengemukakan kondisi diri yang mungkin berbeda dengan orang lain.
  • Konselor menyediakan fasilitas yang memungkinkan terjadinya transference melalui proyeksi. Pribadi yang transference adalah pribadi yang mengizinkan orang lain melihat pribadinya sedangkan proyeksi adalah mengemukakan sesuatu yang sebetulnya ada pada diri sendiri.
  • Pada saat konseli transference, konselor hendaknya melakukan kontra transference.
  • Konselor hendaknya melakukan diagnosis dengan dimensi-dimensinya, yaitu:
  • Perincian dari masalah yang sedang dialami konseli saat diselenggarakan konseling.
  • Sebab-sebab timbulnya masalah tersebut, bisa juga titik api yang menyebabkan masalah tersebut menyebar.
  • Menentukan letak masalah, apakah pada kebiasaan konseli, cara bersikap atau cara merespon lingkungan.
  • Kekuatan dan kelemahan masing-masing orang yang bermasalah.
  • Membangun fungsi ego yang baru dengan cara:
  • Dengan mengemukakan gagasan baru
  • Berdasarkan diagnosis dan gagasan tersebut diberikan upaya pengubahan tingkah laku
  • Pembuatan kontrak untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang telah diputuskan dalam konseling.
Langkah-Langkah Konseling

Adapun langkah-langkah dalan penyelenggaraan konseling ego adalah:
  • Membantu konseli mengkaji perasaan-perasaannya berkenaan dengan kehidupan, feeling terhadap peranannya, penampilan dan hal lain yang terkait dengan tugas-tugas kehidupannya.
  • Konseli diproyeksikan dirinya terhadap masa depan. Dalam hal ini konselor mendiskusikan tujuan hidup masa depan konseli, sekaligus potensi-potensi yang dimilikinya. Konselor membawa konseli agar mampu melihat hubungan yang signifikan antara masa depan dan tujuan hidup konseli dengan kondisinya di masa sekarang.
  • Konselor mendiskusikan bersama konseli hambatan-hambatan yang ditemuinya untuk mencapai tujuan masa depan.
  • Konselor dengan melalui proses interpretasi dan refleksi, mengajak konseli untuk mengkaji diri sendiri dan lingkungannya. Selanjutnya konselor berusaha agar konseli melihat hubungan antara perasaan perasaannya tadi dengan tingkah lakunya.
  • Konselor membantu konseli menemukan seperangkat hasrat, kemauan dan semangat yang lebih baik dan mantap dalam kaitannya dengan hubungan sosial. Kalau memungkinkan konselor melatihkan tingkah laku yang baru.

Sumber: www.konselingindonesia.com

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter