Dalam hidup ini, masalah pasti selalu ada. Sebaik apapun
kemampuan seseorang dalam mengatasi masalah selalu berhadapan dengan stress,
sebagai akibat dari motif yang tidak tercapai, hambatan yang muncul, pilihan
yang harus ditentukan, dan penundaan.
Setiap orang akan mengembangkan cara merespon yang berbeda
saat berhadapan dengan stress. Namun, jika cara yang dipakai tidak tepat bisa
jadi menimbulkan gangguan penyesuaian diri, salah satunya adalah perasaan cemas
atau kecemasan.
Wajar bagi setiap orang, termasuk kita mengalami kecemasan.
Karena dalam kehidupan kita sehari-hari pasti akan menemui masalah, yang mana
terkadang membuat kita merasa takut dan kehilangan kepercayaan diri, dan kita
tidak atau tidak jelas dari mana asal-usul perasaan tersebut.
Pengertian kecemasan
Para pakar, sesuai dengan disiplin ilmunya, mendefinisikan
berbagai macam pengertian kecemasan. Dari berbagai disiplin ilmu tersebut terdapat
kesamaan esensi dari kecemasan, yaitu sebuah respon terhadap situasi tertentu
yang dianggap sebagai ancaman, yang memunculkan perasaan tidak nyaman, tidak
berdaya, dan perasaan tidak menentu yang disebabkan oleh sesuatu yang belum
jelas.
Meskipun sama-sama sebagai respon terhadap ancaman,
kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang membedakan adalah bentuk dari ancaman
yang dirasakan. Ketakutan merupakan bentuk respon terhadap ancaman langsung, nyata.
Misalnya takut pada perampok bersenjata, atau takut terhadap hewan buas.
Sedangkan kecemasan merupakan respon dari ancaman tidak
langsung yang ditandai dengan perasaan khawatir tentang bahaya yang tidak
terduga di masa depan yang belum jelas. Misalnya khawatir tentang masa depan,
nilai ujian, atau khawatir terhadap bencana padahal bencananya sendiri belum
tentu terjadi.
Kecemasan merupakan hal yang normal dan lumrah terjadi pada
seseorang saat melalui pengalaman baru yang sama sekali belum pernah
dilakukannya, baik dalam kehidupan pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Misalnya, cemas menghadapi ujian, cemas menghadapi wawancara kerja.
Namun demikian, kecemasan yang berlebihan dapat menjadi
penghambat dan menganggu kehidupan seseorang. Perasaan takut dan khawatir yang
berlebihan dapat memunculkan perasaan gelisah karena ketidakpastian,
ketidakberdayaan, dan ketakutan akan sesuatu yang buruk akan menimpanya.
Bentuk-bentuk
kecemasan
Dari berbagai literasi, kecemasan dapat dibedakan menjadi
tiga macam jenis kecemasan, yakni; (1) kecemasan objektif, (2) kecemasan
neurosis, dan (3) kecemasan moral.
Kecemasan objektif merupakan rasa takut akan adanya
bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar. Ancaman itu memang
benar-benar nyata adanya, sehingga kecemasan objektif sering juga disebut
dengan kecemasan realistik.
Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat ketakutan
terhadap bahaya yang tidak diketahui dengan jelas, yang seakan-akan terus
mengancam padahal tidak nyata, melainkan hanya perasaannya saja.
Kecemasan moral merupakan bentuk kecemasan yang muncul dari
perasaan bersalah akibat kegagalan bersikap konsisten dengan apa yang diyakini
benar secara moral. Kecemasan moral merupakan rasa takut terhadap suara hati.
Tingkat kecemasan
1. Kecemasan ringan
kecemasan ringan dapat menjadi motivasi bagi seseorang untuk
lebih giat dan berhati-hati dalam belajar, bekerja, dan dapat menumbuhkan
kreativitas. Karena kecemasan ini berhubungan dengan aktivitas sehari-hari,
yang membuat seseorang menjadi lebih waspada, berhati-hati, dan membuat individu
memiliki persepsi yang luas, yaitu kemampuan menyusun, mengenali, dan
menafsirkan informasi yang masuk untuk memperoleh gambaran dan pemahaman
terhadap lingkungan.
2. Kecemasan sedang
Kecemasan sedang ini dapat berguna pada seseorang jika
diarahkan untuk mengelolanya dengan benar. Kecemasan ini memberikan kesempatan
seseorang untuk lebih fokus pada suatu masalah, hal penting, dan mengesampingkan
hal-hal yang mengganggunya. Seseorang bisa menjadi lebih selektif dalam
melakukan sesuatu.
3. Kecemasan berat
Kecemasan tingkat berat sudah sangat mengganggu bagi
seseorang. Ini terjadi karena mengurangi kemampuan persepsi. Seseorang akan
cenderung fokus pada sesuatu yang spesifik dan mengabaikan yang lain.
Ketika seseorang mengalami kecemasan berat maka semua
perilaku dan pikirannya hanya ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Olehkarenanya,
seseorang dengan kecemasan berat butuh banyak arahan untuk tidak hanya fokus
pada mengurangi ketegangan, tetapi diarahkan juga untuk fokus pada area lain.
4. Tingkat panik
Seseorang yang sudah mencapai kecemasan tingkat panik akan mengalami
disorganisasi kepribadian, meningkatkan aktivitas motorik, kemampuan berhubungan
dengan orang lain menurun, memiliki persepsi menyimpang, dan pemikiran yang
irrasional, dan hilang kendali.
Gangguan Kecemasan
Ada beberapa jenis gangguan kecemasan, masing-masing dengan
rentang gejala tertentu, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Gangguan kecemasan umum
Orang dengan gangguan kecemasan umum (Generalised Anxiety
Disorder) merasa cemas sepanjang waktu selama minimal enam bulan. Penderita mulai
mencemaskan masalah-masalah yang datang dalm kehidupan sehari-hari, dari masalah
keuangan, kesehatan, atau masalah keluarga, yang mulai berpengaruh terhadap
aktivitas sehari-hari.
2. Phobia
Saat seseorang mengalami phobia mereka akan merasa takut
akan objek atau situasi tertentu. Misalnya takut pada situasi sosial tertentu
seperti pesta atau rapat (social Phobia), atau takut akan ruang terbuka seperti
taman atau pusat perbelanjaan yang luas (agoraphobia)
3. Gangguan obsesif kompulsif
Dinamai gangguan obsesif kompulsif (Obsessive Compulsive
Disorder) karena orang yang mengalaminya mempunyai pikiran yang menganggu / tidak
diinginkan dan ketakutan yan menyebabkan kecemasan yang disebut obsesi.
Obsesi ini membuat orang meresa perlu untuk melakukan ritual
untuk mengurangi kecemasan mereka, ritual ini disebut kompulsi. Seperti, takut
terkontimasi kuman, seseorang melakukan pengecekan dan cuci tangan secara
berulang-ulang.
4. Gangguan serangan panik
Gangguan serangan panik (Panic Attack Dissorder) didiagnosa
saat seseorang mengalami seranan panik. Sebuah serangan panik merupakan
perasaan kecemasan mendalam yang berlebihan dan sulit dikendalikan.
Serangan panik dapat berupa seolah terkena serangan jantung
termasuk bernafas pendek, merasa kepala ringan, mual atau sakit dibagian dada.
5. Gangguan stres akut dan stres pasca trauma
Gangguan stres akut (Acute Stress Disorder) dan gangguan
stres pasca trauma (Post Traumatic Stress Disorder) merupakan serangkaian
reaksi yan dapat berkembang pada orang yang telah mengalami atau menyaksikan
kejadaian traumatis.
Pengalaman kejadian traumatis yang dialami seseorang ini
mengakibatkan perasaan takut yang sangat, tidak berdaya, tidak mampu berbuat
apa-apa, bahkan menjadi kisah horor saat mengingatnya. Biasanya kejadian
traumatis ini menyangkut sebuah peristiwa yang mengancam jiwanya.
Upaya mengurangi
kecemasan
Untuk menghilangkan kecemasan seseorang, yaitu dengan cara
menghilangkan sebab-sebab munculnya kecemasan itu sendiri, antara lain :
1. Pembelaan
Pembelaan ini dilakukan dengan cara mencari alasan masuk
akal bagi sebuah tindakan yang tidak masuk akal.
Pembelaan disini bukan berarti menjadikan tindakan yang tidak
masuk akal menjadi masuk akal, melainkan membujuk diri sendiri agar tindakan
yang tidak bisa diterima akal itu bisa diterimanya dalam batasan-batasan
tertentu.
2. Proyeksi
Proyeksi adalah mencerminkan perasaan dalam dirinya kepada
orang lain untuk memperoleh kenyamanan. Mengkritisi dirinya sendiri agar
sesuatu yang tidak masuk akal menjadi terlihat masuk akal dan dapat diterima
oleh dirinya.
3. Identifikasi
Identifikasi adalah keinginan untuk memiliki perasaan yang
sama dengan orang lain, dimana orang ikut merasakan apa yang dialami orang
lain. Jika seseorang menggapai sukses, ia merasa gembira seakan-akan ia yang
berhasil meraih sukses. Sebaliknya, jika melihat orang lain gagal, ia merasa
kecewa, ia merasa sedih atas kegagalan tersebut.
4. Hilang hubungan (disasosiasi)
Seseorang akan marah dan membalas dengan perlakuan yang
sama, apabila merasa ada orang lain yang menyinggung perasaannya dengan
sengaja. Hal ini terjadi karena pikiran, perasaan, dan perbuatan seseorang itu
saling berhubungan satu dengan yang lain.
Dalam hal ini perasaan, fikiran dan tindakannya adalah
saling berhubungan dengan harmonis. Akan tetapi, oleh karena pengalaman-pengalaman
yang tidak menyenangkan, yang dialami di waktu kecil, keharmonisan itu menjadi
hilang.
5. Represi
Represi adalah menekan hati nurani untuk melupakan sesuatu hal
dan keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengannya. Memelihara dan menjaga
diri dari dorongan-dorongan yang tidak sesuai dengan hati nuraninya, dimana
terjadi tanpa disadarinya.
6. Subsitusi
Substitusi adalah cara pembelaan diri yang paling baik
diantara cara-cara yang tidak disadari dalam menghadapi kesukaran.
Subtitusi adalah menggantikan tujuan asli dengan melakukan
sesuatu dengan tujuan-tujuan yang lebih baik dan berusaha untuk mencapai
kesuksesan.
Penanganan terhadap
Kecemasan
a. Medikasi
Salah satu medikasi yan biasa dipakai untuk penangan
kecemasan dan juga diunakan untuk penananan depresi, disebut Selective
Serotonin Reuptake Inhobitor (SSRI).
b. Terapi Psikologis
Saat medikasi dilakukan, terapi psikologis merupakan bagian yang tidak boleh dihilangkan dari penanganan. Beberapa terapi dan strategi tertentu secara umum dipakai agar dapat lebih membantu penanganan kecemasan antara lain :
- Kontrol pernafasan
- Relaksasi
- Mempelajari pola pikir yang konstruktif
- Problem solving terstruktur
- Menciptakan pola tidur yang normal
- Paparan bertahap
- Mengurangi konsumsi alkohol dan kafein
Posting Komentar
Posting Komentar