-->

Keterampilan memotivasi dalam konseling

Posting Komentar

Tujuan dari konseling adalah untuk membantu klien mengatasi masalahnya sendiri. Dari tujuan ini jelas terlihat bahwa konselor hanya membantu klien memahami dirinya sendiri, potensi dirinya dan/atau permasalahan yang dihadapinya. Selanjutnya, klien sendiri yang mengambil keputusan dan inisiatif atas perubahan pada dirinya.

Pada praktiknya, banyak terjadi klien hadir dalam sesi konseling dengan perasaan ketidakberdayaan. Disinilah peran konselor dengan keterampilan memotivasi dalam menggugah klien agar tumbuh semangatnya kembali.

Keterampilan memotivasi konselor dalam konseling dapat membangun kepercayaan diri klien, membantu klien bertanggung jawab atas diri mereka sendiri dan tindakan mereka, serta mengajarkan klien untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri

Pengertian keterampilan memotivasi dalam konseling

Keterampilan memotivasi adalah kemampuan konselor dalam membantu klien menemukan motivasi untuk membuat perubahan perilaku yang positif.

Keterampilan ini sangat efektif untuk membantu klien yang memiliki perasaan campur aduk tentang mengubah perilakunya. 

Klien mungkin mengalami keinginan yang bertentangan, seperti ingin mengubah perilakunya, tetapi juga berpikir bahwa ia belum siap untuk mengubah perilakunya. 

Kondisi ambivalen, pertentangan dalam diri klien, dapat diselesaikan dengan menigkatkan motivasi klien untuk berubah.

Komponen dasar keterampilan memotivasi dalam konseling

Ada tiga komponen dasar dalam keterampilan memotivasi, (1) kolaboratif, (2) menggugah, dan (3) menghormati otonomi klien.

Kolaboratif

Kolaborasi adalah kemitraan yang terbentuk antara konselor dan klien. Hubungan ini didasarkan pada sudut pandang dan pengalaman klien. Hal ini memungkinkan klien untuk mengembangkan hubungan saling percaya dengan konselor.

Klien lebih bersedia untuk mengungkapkan perasaannya ketika konselor berempati dan menunjukkan rasa ingin tahu yang tulus tentang perspektif klien.

Menggugah

Dalam memotivasi klien, konselor harus memiliki keyakinan bahwa motivasi untuk berubah harus datang dari dalam diri klien, bukan datang dari konselor.

Tidak peduli seberapa besar konselor menginginkan seseorang untuk mengubah perilakunya, itu hanya akan terjadi jika individu tersebut juga ingin berubah. Jadi, tugas konselor adalah menggugah atau membangkitkan motivasi klien.

Setelah motivator-motivator ini diidentifikasi, klien dapat menggunakannya untuk membuat proses pemulihan lebih mudah atau untuk membantu mereka terus berjalan ketika mereka ingin menyerah.

Menghormati otonomi klien

Untuk memotivasi klien, konselor bukan sebagai figur otoritas. Konselor harus menghargai otonomi klien, bahwa kekuatan sejati untuk membuat perubahan terletak pada klien. Konselor tidak dapat menuntut perubahan ini.

Dengan kata lain, terserah klien untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengubah perilaku mereka. Mereka harus bekerja. Ini tidak hanya memberdayakan diri klien, tetapi juga memberi mereka tanggung jawab pribadi atas tindakan mereka.

Teknik yang digunakan dalam keterampilan memotivasi

Dalam memotivasi, konselor membantu klien mengeksplorasi perasaan mereka dan menemukan motivasi mereka sendiri. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

Empati

Klien mungkin awalnya enggan pergi ke terapi karena takut dihakimi oleh terapis mereka. Beberapa bahkan mungkin merasa bersalah tentang perilaku negatif mereka, membuat penilaian itu valid di mata mereka. Alih-alih menilai, konselor fokus pada pemahaman situasi dari sudut pandang klien mereka. 

Seorang konselor tidak harus setuju dengan klien mereka untuk menunjukkan empati. Empati adalah tentang menyerahkan pendapat Anda sendiri untuk memahami orang lain. Praktik ini menciptakan ruang yang aman di mana klien merasa nyaman menjadi diri sendiri dan berbagi keprihatinan mereka.

Reframing

Dalam konseling, konselor harus menyadari bahwa perubahan tidak selalu terjadi hanya karena klien menginginkannya. Wajar jika klien sering berubah pikiran tentang apakah ia ingin mengubah perilakunya dan seperti apa proses atau gaya hidup baru itu.

Daripada menantang, menentang, atau mengkritik klien, adalah tugas konselor untuk membantu mereka mencapai pemahaman baru tentang diri mereka sendiri dan perilaku mereka. 

Salah satu cara mereka melakukan ini adalah dengan membingkai ulang atau menawarkan interpretasi yang berbeda dari situasi tertentu. Perubahan sudut pandang ini meningkatkan motivasi seseorang untuk berubah. Ini didasarkan pada tujuan dan nilai mereka sendiri.

Pertanyaan terbuka

Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan "ya" atau "tidak", atau jawaban yang sederhana. Jenis pertanyaan terbuka mendorong klien untuk berpikir lebih dalam tentang suatu masalah.

Pertanyaan terbuka sering dimulai dengan kata-kata seperti "bagaimana" atau "apa", dan memberi kesempatan kepada konselor untuk belajar lebih banyak tentang klien. 

Afirmasi

Afirmasi adalah pernyataan yang mengakui kekuatan seseorang dan mengakui perilaku positif mereka. Dilakukan dengan benar, afirmasi dapat membantu membangun kepercayaan diri klien pada kemampuan mereka untuk berubah.

Mendengarkan Reflektif

Refleksi atau mendengarkan reflektif mungkin merupakan keterampilan paling penting yang digunakan konselor. Refleksi membuat klien tahu bahwa konselor mendengarkan dan mencoba memahami sudut pandang mereka. Ini juga memberi klien kesempatan untuk mengoreksi kesalahpahaman dan menguraikan perasaan mereka.

Ringkasan

Ringkasan adalah jenis refleksi khusus, menunjukkan bahwa konselor telah mendengarkan dan memahami apa yang dikatakan klien.

Konselor dapat menggunakan ringkasan selama percakapan untuk memperkuat apa yang dikatakan klien, membuat asosiasi antara dua bagian dari diskusi yang terjadi, atau mengakhiri akhir sesi atau beralih ke topik lain. 

 

Terbaru Lebih lama

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter