-->

Tiga type manusia berdasar Adversity Qoutient

Posting Komentar

Penelitian menunjukkan bahwa selain IQ dan EQ, penentu keberhasilan seseorang dalam hidupnya adalah juga kemampuan Adversity Qoutient (AQ), yaitu kemampuan seseorang untuk seberapa jauh dapat bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan dapat mengatasinya.


Pada umumnya, ketika dihadapkan pada tantangan-tantangan hidup, kebanyakan orang berhenti berusaha sebelum tenaga dan batas kemampuan benar-benar teruji. Banyak orang yang mudah menyerah !


Mengapa ada banyak orang yang sangat berbakat dan cerdas namun gagal menunjukkan dan membuktikan potensi dirinya ? Sebaliknya tidak sedikit orang yang hanya memiliki sepersekian saja sumber daya (bakat dan kecerdasan), dan dengan kesempatan yang sama justru bisa lebih unggul dan mempunyai prestasi melebihi yang diharapkan dan diperkirakan.


Manusia dilahirkan dengan dilengkapi satu dorongan inti manusiawi, yakni dorongan untuk terus mendaki, dalam arti luas adalah menggerakkan terus menerus tujuan-tujuan hidup ke depan. Mulai dari saat sekolah, bekerja, berkeluarga, dan seterusnya, sampai pada tujuan akhir hamba yang dekat dengan Tuhannya sehingga sukses dunia akhiratnya.


Yang jelas, orang yang sukses memiliki dorongan yang mendalam dan kuat untuk berjuang, untuk maju, untuk meraih cita-cita, dan mewujudkan impian-impiannya. Inilah kekuatan yang disebut adversity (Adversity Qoutient), kemampuan untuk mendaki kehidupan ini dan siap bertahan dalam memecahkan kesulitan-kesulitan yang mungkin muncul.


Ada tiga tipe besar manusia, yakni :


1. Tipe “Quitters” (orang-orang yang berhenti mendaki)


Mereka berhenti dan memilih tidak mendaki lagi, keluar, mundur dan menghindari kewajiban, tidak memanfaatkan peluang atau kesempatan yang ditawarkan dan diberikan Tuhan dalam hidup ini.


Quitters memilih jalan hidup yang datar-datar saja, dan mengambil yang lebih mudah saja. Ironisnya dengan cara itu, ia akan menderita pada saat yang memilukan ketika ia menoleh kebelakang dan melihat bahwa ternyata kehidupannya tidak optimal, kurang makna, banyak yang disia-siakan, sangat boros dalam waktu dan hidup.


Akibatnya, ia menjadi murung, sinis, pemarah, frustasi, menyalahkan semua orang disekelilingnya dan membenci pada orang-orang yang terus mendaki kehidupan ini.


Quitters mencari pelarian untuk menenangkan hati dan pikirannya, meski semu belaka. Berlakulah apa yang ditamsilkan bahwa, orang-orang yang takut mati sesungguhnya tidak pernah benar- benar hidup.


2. Tipe “Campers” (orang-orang yang berkemah)


Mereka giat mendaki tetapi di tengah perjalanan bosan, merasa cukup, dan mengakhiri pendakian dengan mencari tempat datar dan nyaman untuk membangun tenda perkemahan kehidupan ini.


Pada mulanya kehidupannya penuh proses-proses pendakian dan perjuangan, cukup jauh ia mendaki, namun ia memilih berbelok membangun kemah di lereng gunung kehidupan. Karena lelah mendaki, menganggap prestasi ini sudah cukup. Ia senang dengan ilusinya sendiri tentang apa yang sudah ada, tak menengok apa yang masih mungkin terjadi.


Campers memfokuskan energinya pada kegiatan mempercantik perkemahan dan mengisinya dengan barang-barang yang membuat nyaman. Ia melepaskan peluang untuk maju. Campers menciptakan semacam “penjara yang nyaman” atau zona nyaman, sebuah tenda kehidupan yang terlalu enak untuk ditinggalkan.


Contoh tipe Campers adalah orang-orang yang sudah memiliki pekerjaan bagus, gaji dan tunjangan yang layak, namun mereka telah melepas masa-masa penuh gairah, belajar dan tumbuh, energi kreatif. Mereka puas dan mencukupkan diri dan tidak mau mengembangkan diri lagi.


3. Tipe “Climbers” (para pendaki sejati)


Orang-orang yang seumur hidupnya membaktikan diri pada pendakian menuju kehidupan sesungguhnya, mereka akan terus berusaha untuk mencapai puncak.


Mereka menjalani hidup secara lengkap, mereka yakin bahwa langkah-langkah kecil saat ini akan membawa kemajuan dan manfaat jangka panjang. Pendaki sejati tidak lari dari tantangan dan kesulitan kehidupan.


Climbers yakin bahwa segala hal bisa dan akan terlaksana meskipun orang lain bersikap negatif, dan sudah memutuskan bahwa jalan ini tidak mungkin ditempuh lagi. Meski sesuatu belum pernah dilakukan orang, bukan berarti tidak bisa dikerjakan.


Climbers tak kenal kata berhenti dalam kamus hidupnya. Saat batu besar menghadang atau menemui jalan buntu, mereka akan mencari jalan alternatif lain. Saat kelelahan atau jatuh, mereka berintrospeksi diri dan terus bertahan.


Climbers memiliki kematangan dan kebijaksanaan, dalam memutuskan strategi mundur sejenak dalam rangka bergerak lebih maju lagi. Kamus hidupnya adalah tumbuh dan terus tumbuh dan belajar seumur hidup.


Anda type yang mana ? QuittersCampers, atau Climbers !


Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter