Banyak sekali faktor penyebab mengapa seseorang berbuat
bullying. Pada umumnya orang melakukan bullying karena merasa tertekan,
terancam, terhina, sakit hati, dendam, dan sebagainya. Jadi sebenarnya pelaku
bullying sesungguhnya juga merupakan korban dari bullying yang dilakukan orang
lain kepadanya. Sehingga perilaku ini dapat dikatakan sebagai sebuah siklus,
dalam artian pelaku saat ini kemungkinan besar merupakan korban dari pelaku
bullying sebelumnya.
Kasus bullying di sekolah jarang terjadi dalam bentuk
kekerasan fisik, namun lebih banyak terjadi dalam bentuk kekerasan verbal dan
relasional --inilah yang membuat sekolah sulit mendeteksi—. Kekerasan verbal
dapat berupa memberi julukan nama yang membuat seseorang tidak nyaman dengan
julukan tersebut, celaan, fitnah, kritik tajam, penghinaan, intimidasi,
pemalakan, perampasan barang, dan pelecehan seksual, dll.
Kekerasan relasional merupakan upaya pelemahan harga diri
secara sistematis dan upaya merusak persahabatan, bentuknya seperti melihat
dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan,
mengejek, mengancam, mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga
menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng,
dll.
Bullying di sekolah umumnya bukan karena kemarahan, konflik,
atau ekonomi, tetapi lebih pada memperlakukan secara tidak sopan, atau
mempengaruhi dengan paksaan dan kekuatan. Sehingga motif pelakunya pun mengarah
pada keinginan untuk menujukkan bahwa ia punya kekuatan, dialah yang berkuasa
dilingkungannya, ingin mendapat kepuasan, ingin mendapatkan respek dari siswa
lain, perasaan tidak suka, iri hati, dan sakit hati terhadap siswa lain.
Bullying disebabkan oleh korban dari keadaan lingkungan yang membentuk kepribadiannya menjadi agresif dan kurang mampu mengendalikan emosi. Kebanyakan perilaku bullying berkembang dari berbagai faktor lingkungan yang kompleks. Tidak ada faktor tunggal menjadi penyebab munculnya bullying.
Faktor-faktor penyebab bullying
Faktor keluarga: Pelaku bullying seringkali berasal dari
keluarga yang bermasalah: orangtua yang kerap menghukum anaknya secara
berlebihan atau situasi rumah yang penuh stres, agresi dan permusuhan. Anak
akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang
terjadi pada orangtua mereka dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya.
Atau sering terjadi tindak kekerasan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya,
ketika anak tidak berani melawan orang tua, maka “perlawanan” ini ditujukan
pada teman-temannya.
Faktor sekolah: Karena pihak sekolah sering mengabaikan
keberadaan bullying ini, terutama pada kasus kekerasan verbal dan relasional,
anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku
mereka untuk melakukan intimidasi anak-anak yang lainnya. Bullying berkembang
dengan pesat dalam lingkungan sekolah yang didalamnya terdapat perilaku
diskriminatif, kurangnya pengawasan dan bimbingan etika, adanya kesenjangan
besar antara siswa yang kaya dan miskin, pola kedisiplinan yang sangat kaku
ataupun yang terlalu lemah, bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang tidak
konsisten.
Faktor kelompok sebaya: Anak-anak ketika berinteraksi di
sekolah dan dengan teman sekitar rumah kadang kala terdorong melakukan bullying
untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, untuk
mendapatkan respek dari teman, atau untuk menunjukkan di depan teman-temannya
bahwa dia punya kekuatan, dia yang paling berani, dialah orang yang berkuasa dikelompoknya.
Faktor lingkungan: Lingkungan sekitar rumah sangat besar
pengaruhnya terhadap perilaku bullying, misalnya anak hidup pada lingkungan
orang yang sering berkelahi atau bermusuhan, berlaku tidak sesuai dengan norma
yang ada, maka anak akan mudah meniru perilaku lingkungan itu dan merasa tidak
bersalah, atau menganggapnya sebagai hal yang biasa yang tidak melanggar
norma.. Juga tayangan berita, sinetron, film, dan media cetak yang secara
vulgar menyuguhkan kekerasan, secara tidak langsung memberi legitimasi perilaku
kekerasan.
Dari berbagai faktor di atas, sesungguhnya pelaku bullying
merupakan korban dari fenomena siklus bullying. “Pelaku” yang sebenarnya adalah
mereka yang menutup mata terhadap fenomena ini, atau menganggapnya normal dan
membiarkannya terus-menerus terjadi. Mereka seringkali adalah orang-orang
terdekat pelaku dan korban, yaitu teman sebaya, orangtua, dan guru.
Posting Komentar
Posting Komentar