Membangun rapport atau hubungan dengan konseli merupakan salah satu keterampilan konseling yang paling penting, yang harus dimiliki konselor. Dalam laman masterincounseling.org, disebutkan bahwa sekitar 40% perubahan pada diri konseli disebabkan oleh kualitas hubungan konseling.
Hubungan intim yang terjadi antara konselor dengan konseli menjadi sangat penting untuk mendapatkan kepercayaan konseli. Jika tidak, konseli enggan berbagi informasi penting dengan konselor, tidak akan mempercayai apa yang disampaikan konselor, dan secara umum, konseli tidak akan berpartisipasi aktif dalam proses konseling, sesuai yang diharapkan dalam sesi konseling yang efektif.
Bagaimana cara membangun hubungan konseling ini ? beberikut beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Keterampilan mendengarkan aktif (active listening skills)
Sebelum konselor melakukan upaya intervensi, tunjukkan kepada konseli bahwa konselor memahami konseli, darimana mereka berasal, dan apa kisah yang mereka bawa saat sesi konseling.
2. Latar belakang konseli
Untuk membangun kepercayaan konseli, mungkin dibutuhkan waktu lebih lama, bergantung pada budaya, latar belakang, kepribadian konseli, dan lain-lain. Penting untuk menyadari sinyal-sinyal non-verbal, karena tidak semua konseli akan dengan jelas menyatakan ketidanyamanan mereka.
3. Atasi masalah kecil
Sebelum masuk pada masalah yang lebih besar, pribadi, dan sensitif. Ada baiknya mencoba intervensi pada masalah yang lebih kecil terlebih dahulu. Berikan informasi yang bermanfat, umpan balik positif atau dorongan. Kesuksesan konselor dalam intervasi awal ini akan membantu konseli membangun kepercayaan pada konselor.
4. Tunjukkan respect pada konseli
Berikan rasa hormat pada konseli sejak awal konseling, seperti, tepat waktu, berpakaian secara profesional, menyiapkan dokumen-dokumen yang terkait dengan konseli.
5. Gaya komunikasi
Perhatikan konseli, dan sadari gaya komunikasinya. Sesuakan ritme komunikasi dengan konseli, namun konselor harus tetap fokus dan tenang, karena seringkali konseli akan meniru gaya konselor.
6. Kompetensi
Sadari kompetensi yang konselor miliki, jika konselor tidak memiliki kompetensi dalam membantu konseli, sampaikan secara terbuka pada konseli. Biarkan konseli yang memutuskan, apakah konseli menginginkan bantuan konselor atau tidak ?, bukan konselor yang memutuskan.
7. Mengungkapkan informasi diri konselor (Self disclosure)
Mengungkapkan informasi pribadi konselor dapat menjadi pembuka dalam membangun hubungan. Tapi hati-hati, terlalu banyak mengungkap informasi pribadi dan tidak tepat alasan dapat menjadi bumerang bagi konselor. Alih-alih mendapatkan kepercayaan, sebaliknya justru konseli akan menarik diri.
Ingat ! hubungan konseling benar-benar merupakan faktor paling penting dalam sesi konseling, melebihi teori maupun intervensi yang konselor gunakan.
Recent
Memuat...
Posting Komentar
Posting Komentar