-->

Teori Konseling Gestalt

Posting Komentar
Terapi gestalt lahir berdasar atas pengembangan dari empat disiplin ilmu yang berbeda, yaitu psikoanalisis, fenomenologis, eksistensialis, dan teori gestalt, dengan tokoh utamanya Frederick S Pearl.

1. Konsep utama

Terapi gestalt berangkat dari pandangan bahwa individu tidak dapat dipahami dengan hanya mempelajari bagian-bagian, melainkan harus dipahami sebagai suatu organisasi, koordinasi, atau integrasi dari keseluruahan bagian-bagian sebagai suatu keseluruhan. Manusia adalah makhluk yang aktif dan senantiasa berupaya untuk mencapai keseimbangan antara ikatan organisme dengan lingkungannya. Kesehatan akan dicapai apabila ia mampu menyeimbangkan keduanya, mampu menggeser kepentingan “saya” dan “engkau” menjadi “kami”.

Berbeda dengan psikoanalisis dari Freud, Pearl mengajukan adanya konsep “under dog” sebagai lawan super ego, yang dalam istilah Pearl disebut “top dog”. Apabila super ego menguasi individu dengan keharusan atau ketakutan akan ancaman bahaya, maka “under dog” menguasai individu dengan penekanan yang baik dalam rangka mempertahankan diri.

Menurut Pearl, baik “top dog” maupun “under dog” senantiasa bersaing untuk menguasasi dan mengontrol manusia, sehingga pada hakekatnya setiap manusia senantiasa tersiksa oleh kedua kekuatan dalam tersebut.

Disamping itu apabila dalam konsep psikoanalisis, frustrasi dapat dianggap sebagai sesuatu yang negatif atau ancaman, bagi Pearl frustrasi justru dipandang sebagai elemen positif karena dapat mendorong manusia untuk mengembangkan perlindungan, menemukan potensi-potensinya, atau dalam menguasai lingkungannya.

Karena itu, apabila anak tidak cukup mengalami frustrasi, maka akan cenderung menggunakan potensinya untuk mengontrol orang dewasa.

Pearl juga mengajukan konsep penghindaran (avoidance) dan urusan yang tidak terselesaikan (unfinished business). Penghindaran adalah segala cara yang digunakan seseorang untuk melarikan diri dari unfinished business dalam rangka membebaskan diri dari perasaan tertekan akibat adanya kebutuhan-kebutuhan yang mengalami kebuntuan (impase). Konsep penghindaran ini relative sama dengan konsep defence mechanism pada teori psikoanalisis.

Pearl juga menyatakan bahwa banyak manusia yang dihadapkan kepada situasi kritis karena tidak mampu mencapai keseimbangan atau keserasian dalam menyatakan antara apa yang seharusnya dan apa yang sebenarnya (antara gambaran diri dengan aktualisasi diri), serta antara aktualisasi “saat ini” dan “kemudian” (antara aktualisasi sekarang dan gambaran da peranannya di masa depan), atau karena tidak mampu menerima perasaan dan pikiran-pikirannya sendiri.

Kondisi-kondisi inilah yang kemudian dapat menjadikan individu dihantui ketakutan, kecemasan, rasa tidak percaya diri, dan bergantung kepada lingkungan. Tidak mampu menguasai diri dan lingkungan, yang akhirnya menjadikan dirinya lemah, kaku, atau terikat. Tidak memiliki kebebasan dan spontanitas dalam menyatakan diri dalam hubungan dengan lingkungan secara positif.

2. Tujuan konseling Gestalt

Tujuan utama terapi gestalt adalah membuat klien mampu menerima perasaan dan pikiran-pikirannya, meningkatkan kepercayaan diri, tidak takut dalam menghadapi dan berperan di masa depan, tidak bergantung pada orang lain, serta menyadari diri yang sebenarnya, sehingga pada akhirnya klien dapat memiliki spontanitas dan kebebasan dalam menyatakan diri dan mandiri.

Untuk itu penting bagi konselor untuk membantu upaya-upaya agar klien mampu menyadari tentang hambatan-hambatan dalam dirinya serta menghilangkannya.

3. Peran konselor dalam konseing Gestalt

Prinsip penting dalam terapi gestalt adalah di sini dan saat ini (here and now). Konsekuensinya, konselor hendaknya lebih mengutamakan pentingnya penyadaran klien (anak berkebutuhan khusus) terhadap situasi dan kondisi saat ini dan disini, melalui penggunaan prinsip “now”, “what” dan “how”. Bukan melalui prinsip “why”, karena hanya akan mengarahkan kepada masa lalu yang tidak pernah sampai kepada jawaban yang memadai.

Bagi klien, kondisi saat ini adalah unfinished business. Karena itu, yang penting bagi konselor adalah bagaimana klien dapat menyadari kondisi-kondisinya atau masalah-masalahnya saat ini dan bagaimana harus berbuat untuk mengatasinya. Sedangkan masa depan (the future) adalah sesuatu yang belum muncul, sehinga tidak perlu terlalu dirisaukan.

Pandangan teori gestalt tentang nilai positif dari frustrasi, tampaknya juga harus dimanfaatkan konselor dengan membuat klien menjadi “kecewa”, sehingga klien dipaksa untuk dapat menemukan potensi-potensinya dan cara-cara mengatasi masalahnya, dengan memahami dan menemukan kembali unfinished business-nya. Dalam konteks ini pemberian motivasi kepada klien menjadi penting.

Baca : Proses dan Teknik Konseling Gestalt

Sumber : Direktori File UPI

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter